![]() |
Produk ekraf nasional masih tak seimbang dalam e-commerce dengan dari luar negeri |
Menurut Wishnutama di Jakarta (11/3),, Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang punya potensi besar dalam bisnis ekraf. Untuk itu Indonesia harus mengambil peran, terlebih PBB telah menyebut 2021 sebagai "International Year of Creative Economy for Sustainable Development" dimana Indonesia menjadi inisiator dalam resolusi tersebut.
"Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang diperhitungkan dalam bisnis ekonomi kreatif di tingkat dunia," kata Wishnutama. Di 2019, 17 subsektor ekraf memberi kontribusi besar dalam perekonomian tanah air. Berdasarkan data dihimpun dalam OPUS Ekonomi Kreatif 2019, ekraf berberontribusi sebesar Rp 1105 triliun terhadap PDB nasional, yang membuat Indonesia berada di posisi ketiga setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam kontribusi ekraf terhadap PDB negara.
![]() |
Indonesia ikut jadi inisiator dengan PBB yang menetapkan 2021 sebagai Era Ekonomi Kreatif Bagi Pembangunan Berkelanjutan |
"Jumlah tenaga kerja kita sangat banyak dibandingkan dengan tenaga kerja di regional lain. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat dengan 4,7 juta pekerja mampu menghasilkan 20 miliar dolar AS. Sudah sepatutnya kita bisa mengambil potensi ini dengan baik," harap Wishnutama.
Wishnutama mengakui ada 'pekerjaan rumah' dalam mengembangkan ekraf tanah air. Seperti regulasi maupun ekosistem dalam menghadapi persaingan global di era Revolusi Industri 4.0. Karena mesti mendorong produk lokal dapat menjadi pemimpin di pasar sendiri bahkan dunia. Saat ini perbandingan jumlah produk kreatif lokal dengan impor di market place masih tidak seimbang.
Di layanan e-commerce Indonesia saat ini, 70 persen diisi produk ekraf dari luar negeri sedangkan lokal hanya mengisi tidak lebih dari 10 persen. Hal serupa juga terjadi untuk pasar offline (ag/ma).