Usaha pergaraman nasional bakal ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya agar bisa bersaing di pasar |
Safri melalui arahannya dalam Rakor Virtual (29/5), mendorong PT Garam agar lebih meningkatkan produktivitasnya baik dari sisi kualitas, maupun kuantitas. “Tentunya harus berbeda dengan metode yang diterapkan petambak garam yang ada saat ini masih bersifat konvensional, baik garam untuk pemenuhan industri, maupun juga untuk konsumsi,” ujarnya.
Diketahui, pembuatan garam melalui metode evaporasi (penguapan dengan menggunakan sinar matahari), telah dilakukan sejak zaman Hindia Belanda dan itu telah diterapkan PT Garam sejak masih bernama Jawatan Regie Garam.
Menurut Asisten Deputi Hilirisasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Amalyos, ada 2 masalah utama garam nasional saat ini; Pertama, jumlah produksi masih belum mencukupi kebutuhan industri yang memerlukan garam sebagai bahan baku, yang secara nasional dari waktu ke waktu terus meningkat. Kedua, garam yang dihasilkan baik dari tambak rakyat dan juga PT Garam masih belum bisa memenuhi kebutuhan industri. Di sisi kualitas, garam yang dihasilkan juga dianggap belum dapat memenuhi standar.
Sementara Direktur Utama PT Garam, Budi Sasono menjelaskan, pihaknya telah menyusun strategi dan kebijakan untuk merespon arahan dari Kemenko Marves, antara lain meningkatkan kemampuan daya saing garam nasional lewat pergaraman terpadu, transformasi dan efisiensi, serta terus bersinergi dengan pergaraman rakyat.
“Selain itu, kami meningkatkan produksi dan produktivitas lahan pergaraman 100 ton/ha dan kualitas garam 85 persen premium, dengan NaCl di atas 94,7 persen, kontribusi PT garam sebesar 15 persen dari produksi nasional sebanyak 2,8 juta ton. PT Garam juga terus memantabkan strategi hilirisasi melalui penambahan garam olahan setiap tahun, dan juga memperjuangkan tata niaga garam yang sehat dan berkeadilan melalui kebijakan fiskal agar daya saing makin kuat demi menghadapi tantangan garam impor,” paparnya (dh).
Foto: Istimewa